Follow Us @soratemplates

10/21/2022

Menjaga dan Melestarikan Budaya Lewat Aksara, Beri Aku Cerita yang Tak Biasa




Masyarakat dan budaya tak terpisahkan. Cara kita makan, berpakaian, perilaku, bahkan cara berfikir kita juga bisa dipengaruhi oleh budaya dan adat istiada.


Begitu banyak warisan budaya Indonesia, tapi belum seluruhnya kita ketahui. Misalnya budaya kearifan lokal. Budaya lokal biasanya hanya diketahui oleh penduduk asli karena biasanya diwariskan dari generasi ke generasi melalaui lisan atau sastra lisan. Berbeda dengan budaya atau warisan nusantara yang sudah diakui oleh dunia.


Mungkin bukan karena kurangnya minat generasi generasi muda akan budaya, tapi perlu menyesuaikan dengan minat dan ketertarikannya pada budaya tersebut. Mungkin salah satunyabelum terlalu banyak akses atau media yang menjadi ruh budaya ini masuk ke dalam ranah yang biasa digemari anak zaman sekarang. Salah satunya mengubah cara penyampaian dan pengemasan untuk budaya ini sampai kepada khalayak umum khusunya generasi saat ini. 


Pada acara Webinar tanggal 7 Oktober 2022 yang diadakan oleh  Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) berkolaborasi dengan Elang Nuswantara membuat karya prosa cerpen Antologi bertema budaya dengan judul "Beri Aku Cerita yang Tak Biasa" yang resmi di launcing pada 21 Agustus 2022 di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta.


Webinar Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa


Webinar ini menghadirkan dua Narasumber yang mumpuni dalam bidangnya masing-masing di dunia penulisan, yaitu Widyanti Yuliandari dan Kirana Kejora.


Fiksi dan Mitos Penulis Fiksi




Widyanti Yuliandari atau biasa akrab di sapa Mb Wid adalah seorang Blogger, Writing Mentor, dan Ketua Umum IIDN. Beliau juga salah satu kontibutor atau penulis di antologi "Beri Aku Cerita yang Tak Biasa". Beliau sebagai blogger non fiksi juga mengalami kesulitan dan butuh effort yang berbeda saat mulai menulis fiksi. Mb Wid menambahkan jangan memberikan label yang terlalu kuat terhadap diri sendiri misalnya hanya bisa menulis fiksi. Hal hal tersebut bisa menutup potensi diri untuk berkembang dan mencoba hal baru.


“Bersedia membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan baru di luar kebiasaan”. (Widyanti Yuliandari)

 

Di acara Webinar tersebut beliau menyampaikan tema tentang Fiksi Vs Non Fiksi dan Tips Menulis Fiksi untuk Pemula.


Mitos Tentang Penulis Fiksi


Harus pintar menghayal, tidak. Fiksi bukan berati berhayal. Penulis fiksi tidak harus pintar menghayal, tapi harus pintar riset.


Fiksi harus ditulis oleh orang berbakat, tidak harus. Seperti hal lain menulis bisa dipelajari dan berproses. Bakat hanya sekian persen selebihnya adalah ketekunan dan tekat untuk disiplin menulis.


Jenis tulisan yang sangat gampang dibuat. Pada prakteknya tidak ada hal yang mudah, perlu proses, riset, dan tentu saja jam terbang. 


Tips Menulis Fiksi untuk Pemula


Banyak membaca karya fiksi dari berbagai penulis yang baik. Membaca adalah nyawanya penulis, apalagi penulis fiksi. Penulis fiksi tidak berarti apa yang ditulis sepnuhnya adalah khayalan tapi ada latar belakang, tempat, kisah, dan tokohnya memang ada. Dengan membaca banyak referensi cara mengembangkan cerita, memperkaya diksi, dan tahu seperti apa karya fiksi yang menarik.


Gunakan Setting yang mudah dibayangkan. Saya ingat salah satu pesan Mb Wid sebagai penulis pemula, jika bingung ingin menulis tema apa, mulailah denga menulis hal yang kita tahu, sedang kita pelajari, atau hal-hal yang kita sukai. Jadi jika menulis hal yang sudah kita tahu apalagi menyukainya pasti akan lebih mudah menulisnya. Sesuatu yang akrab dan dekat dengan kita pasti lebih mudah dibayangkan.


Melepaskan Ekspektasi. Apalagi sebagai penulis pemula, menurunkan espektasi sangat diperlukan, jika tidak, bisa mempersulit diri sendiri. Lebih baik memulai dan selesai tanpa menuntut kesempurnaan.


”Lebih baik karya yang selesai, dari pada karya yang sempurna”. (Widyanti Yuliandari)

 

Gunakan Bantuan Video, Foto, dan Rekaman Suara. Karena ingatan manusia juga terbatas. Suatu saat diperlukan tinggal dibuka dan diolah dan diracik sesuai dengan keperluan dilab atau bank data tersebut. Manfaatnya hasil cerita kita bukan hayalan tapi fiksi berdasarkan data


Jangan Lupa Melibatkan Allah. Meminta pertolongan Allah untuk meluruskan niat dan menyelesaikan karya.


Selanjutnya adalah materi dari Narasumber yang kedua yaitu Kirana Kejora. Beliau adalah seorang Writerpreneur, Pendiri Elang Nuswantara, Produser Film, dan Pengampu Karya “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”.


Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi? 




Seperti moto Elang Nuswantara "Menerbangkan Karya, Membuanakan Jiwa Tanpa Ketaksaan". Buk'e memiliki harapan agar Pasukan Elang Nuswantara tidak hanya sekedar menulis fiksi khayalan tapi juga menulis dengan hati, berdasarkan data, dan bisa membawa budaya Nusantara bangkit melalui literasi yang konon dianggap tidak seksi.


"Semua penulis fiksi harus based on data. Novel dan Brown itu keren karena berdasarkan data". (Kirana Kejora) 


Beliau menambahkan dahulu para leluhur kita mewariskan budaya tidak hanya sekedarnya atau main-main. Apa ayang dipakai, disampaikan, penuh dengan filosofi dan makna. Seperti contohnya Totopong, kain segi empat yang memiliki empat sudut. Totopong yang artinya kretek (hasrat) yaitu Niat, Lisan, Perilaku, dan Raga.


Tugas Cerpenis atau Novelis untuk mempercantik tulisan. Menjadi tulisan yang bicara, huruf menjadi gambar filmis yang berjalan.


Ada 4 unsur filmis


1. Possible. Masuk akal, punya data karena di riset.

2. Suspend. Mengetarkan. Semua cerita yang bagus mempunyai unsur romance. Romance tidak melulu tentanp perciantaan antara kekasih tetapi bisa drama keluarga, cinta ke Maha Kuasa,  dan satir. Satir itu lucu tapi bukan komedi.

3. Surprise. Kejutan. 


Di akhir sesi Bu'e kita disuguhkan dengan cuplikaan dua film yang dibuat berdasarkan nover Kirana Kejora yang berjudul "Air Mata Terakhir Bunda" dan "Ayah Menyanyangi Tanpa Akhir". Walaupun hanya cuplikan cukup membuat saya dan pasti peserta lainnya juga merasa merinding dan terharu.


Menjaga Budaya bukan hanya tugas sesorang atau kelompok tertentu, tapi tugas kita semua. 


Pada akhir acara Mb Widya dan Bu'e memberikan closing statement yang sungguh membuat saya sampai menitikan air mata karena maknanya yang begitu dalam.


"Cinta sama dengan perjalanan. Mau lewat, singgah, atau menetap. Petarung tangguh akan menakhlukan badai dan menjadikannya sahabat. Pendaki Sejati tidak akan turun gunung sebelum mencapai puncaknya. Penyelam Ulung hanya akan muncul ke permukaan setelah mutiara dalam genggaman dan sebelum ia kehabisan nafas. Menulislah agar lega dan bahagia". (Kirana Kejora)


"Pintu kebaikan itu banyak sekali bisa kita temukan dan kita boleh masuk atau memilih salah satunya. salah satunya. Dengan menulis kita bisa memilih masuk dengan pintu mana  saja". (Widyanti Yuliandari)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar